Pages

Cinta dalam Butir Tasbih



Za mengakhiri hitungan kedelapan rakaatnya, di sepertiga malam.
"Astaghfirullahal ‘Adzim al-Ladzii Laailaaha Illa Huwal Hayyul Qayyuumu wa Atuubu Ilaih. " ia beristigfar berulang-ulang.
Tasbih Kaukah
"Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar ...," ia menghitung dzikir dengan untaian Kaukah* di tangan kanannya. Air mata menetes meresepi lafal dzikir yang terucap. Dipejamkan mata khusyu, di rasakan setiap lafal bercampur keping darah, mengalir melewati tiap depa pembuluh darah keseluruh sel-sel tubuhnya. Mengetuk setiap ruang hati. Menjelma kedamaian.*


***


Za berjalan terburu setelah menyelesaikan urusan dengan supir angkot. Wajah ditekuk dalam. Ada kajian yang harus ia ikuti ba'da ashar hari ini. Dimasukkan tangan kanannya ke saku tas. Hp berpindah tangan, uh, sudah terlambat 15 menit.
"Gegara bos from he ... Astaghfirullah."
Pelataran masjid Al-Ikhlas mulai terlihat, persis setelah belokan pertama dari jalan raya. Langkahnya dipercepat.
"Berasa jauh banget yah," di atur nafas senin-kamis
"Ukhti ...,"
Za membalikka badan ke sumber suara. Wajah keibuan dengan jilbab panjang berdiri persis di belakang Za. Mentor cantik yang selalu membuat Za berdecak kagum.
"Assalamu'alaikum, Mba Niyas." diraih tangan sang mentor.
"Wa'alaikumssalam warahmatullah. Habis jogging, Za?" saat pipi mereka bertemu. (Ciri khas para akhwat bila bertemu)
"He he ... Biasa mba," aih senyum itu "Hayu, yang lain udah nunggu kamu dari tadi." tangan Mba Niyas merangkul Za.
Alhamdulillah, kajian hari ini banyak pengikutnya. Para akhwat cantik, yang meski belum saling mengenal atmosfir kekeluargaan sangan kental terasa. Background kajian santai macam ini lebih dipilih sebagian besar akhwat, sebab lebih mudah di cerna. Terlihat setiap kajian ada saja wajah-wajah baru di antara ukhti lama.
Kajian jum'at sore mengangkat tema "Tentang Cinta". Membahas rahasia QS. An-Nur : 26 tentang jodoh;
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” Ayat yang diturunkan untuk menunjukkan kesucian 'Aisyah r.a dan Safwan bin al-Mu'attal r.a dari segala tuduhan yang ditujukan pada mereka.
Membahas hadist-hadist cinta; Dari Anas ra. dari Nabi SAW. bersabda: "Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang, niscaya ia akan merasakan manisnya iman, yaitu : Hendaknya Allah dan RasulNya lebih dicintainya daripada yang lain. Hendaklah bila ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci kalau akan dicampakkan ke dalam api neraka." (HR. Bukhari)
Sungguh dalam hati Za mengAmini setiap doa, berharap kelak dipertemukan dengan jodoh seperti pembahasan dalam kajian.


***


Minggu, pagi-pagi sekali Za menyetop angkutan umum. Barang kesayang Za, yang selalu menemeni ketika mengucap puji-pujian pada Rabb, lenyap!
Gelisah, Za mencari setiap sudut Masjid. Untung tak ada yang melihat aksi lesehan Za.
"Assalamu'alaikum ukhti," suara pria mengangetkan Za.
"Wa'alaikumssalam warahmatullah,"
"Adakah yang bisa saya bantu? Maaf, selepas dhuha tadi saya perhatikan ukhti sedang gelisah mencari-cari sesuatu ...,"
'Selepas dhuha? Berarti dia juga melihat ...' Kepalanya tertunduk malu.
"Ya ... Yah. Saya kehilangan sesuatu. Tak sengaja terjatuh." matanya kembali meneliti setiap jengkal tanah. Tanpa diminta pria itu membantu Za mencari di sisi halaman yang lain.
Semburat kuning mulai nampak di ufuk Timur. Membiaskan panas sarat manfaat. Bercak peluh membanjiri dahi mereka. Nafas beradu dari dua insan tuhan tak saling mengenal. Sudah beberapa jam mencari. Nihil.
"Ukhti, maaf kalau boleh saya tahu apa wujud benda itu. Adakah dia sangat berharga atau mahal sangatkah benda itu, sehingga ukhti rela berpanas-panas mencarinya?"
"Harga mungkin tak sebanding dengan kisah yang melekat."
"Emaskah benda tersebut?"
Za menggeleng. "Benda itu yang setia menemani dzikirku setiap saat."
"Maksud ukhti ...?"
Za menghela nafas, "Iya akhi. Jika tasbih yang ingin kau jawab. Untaian giok china pemberian seorang mentor saat kuputuskan untuk berhijab. Jika ditelisik dari harga tak seberapa, tapi sangat manfaat. Terlebih untukku." putus asa. Merasa dirinya tak amanah. Maafkan Za, Mba Niyas.
"Maaf merepotkan, akhi. Syukron Kasthir. Saya sangat terbantu meski tasbih belum ditemukan." Za menelungkupkan dua tangan di dada.
"Afwan. Maaf tak bisa banyak membantu. Saya Abimana." ditelengkupakan telapak tangan di dadanya.
"Fatimah Az-zahra. Saya mohon diri, akhi. Sekali lagi terima kasih banyak. Assalamu'alaikum warahmatullah."
"Ukhti ...,"
"Ya," Za membalik badan. "Ukhti bisa pakai tasbih saya." tangannya mengulurkan sesuatu.
Za menatap tak percaya; "In sha Allah manfaat." tangannya masih mengulur.
"Saya terbiasa menggunakan jari ketika berdzikir." menyakinkaan Za.
Menolak kebaikan akhi Abi, tak sampai hati. Ragu tangannya menerima tasbih itu.
"Terima kasih, akhi. Assalamu'alaikum,"


***


Setelah pertemuan minggu pagi lalu, Za sering tak sengaja bertemu Abimana. Kebetulankah atau ...? Seperti ada yang telah mengatur pertemuan-pertemuan singkat selanjutnya. Ah, selalu berdetak tak menentu jantung Za ketika bertemu pandang dengan akhi Abimana.
Seperti sore itu, saat perjalanan menuju Masjid Al-Ikhlas.
"Assalamu'alaikum, ukhti Za." sapa seorang pria saat Za turun dari angkutan umum.
"Wa'alaikumssalam warahmatullah wabarakatuh, akhi." dalam tunduk disembunyikan rona merah pipinya.
"Tumben..." belum selesai kalimat itu; "Ana ada kajian tiap jum'at sore di Al-Ikhlas."
"Bagaimana dengan tasbih anti?"
"Lenyap tak berjejak. Saya terlalu teledor," sesal Za. "Ini ana kembalikan tasbih antum." tangannya menolak menerima.
"Pantang bagi saya mengambil barang yang telah saya berikan."
"Tapi, akhi ini ...,"
"Tak apa. Itu untuk, ukhti. Anggap saja kenang-kenangan dari seorang teman, jika ukhti tidak keberatan."
"Syukran katsiran, akhi. Maaf saya duluan." Za berjalan mendahului. Tidak sadar mereka berjalan berdampingan sepanjang jalan menuju Masjid. Menjauhi fitnah akan lebih baik dan mejauhkan detak jantung yang beradu, tak menentu iramanya.
Kajian sore itu berjalan seperti biasa tapi tidak bagi Za. Sosok Abimana seakan menari-nari dipelupuk mata dan hatinya. Suaranya. Renyah tawanya akan meluluhkan hati siapa saja. Astaghfirullahal 'Adzim.
Sepertiga malam, di antara hawa dingin yang menusuk tulang, Za duduk bersimpuh menghadap diri pada Rabbnya setelah mengakhiri hitungan kedelapan rakaat Qiyamul Lail. Tangan menengadah khusyu;
"Ntah puji-pujian yang mana lagi, karna segala puji milikMu dan hanya milikMu. Ya Rabb, terima kasih atas rahmat dan nikmat yang selama ini Kau berikan. Terima kasih telah Kau hadirkan dia di antara kegersangan jiwa. Terima kasih telah Kau hadirkan dia di antara kering keronta zahara penantian selama ini. Bagai tersiram puluhan liter air es pada ubun-ubun yang mendidih. Sejuk. Berikanlan kesabaran dan keistiqamahan menapaki kebenaranMu. Aamiin."
Tangan Za meraih tasbih yang tergeletak di atas sajadah. Untaian Kaukah yang selalu menemani dirinya memuji Rabb, kini menghadirkan desir-desir rasa pada sang pemilik sebelumnya. "Inikah cinta? Semoga ridho Allah menyertai tiap depa ikatan yang hendak kita jalin akhi. Insya Allah kebaikan yang hendak kita bangun bersama."



Bontang, 08 02 2015


note :
Kaukah : Jenis kayu yang sering dijadikan tasbih. Kayu kaukah yang baik berwarna pucat namun terkadang tampak berkilau bila sering digunakan.

Ingin seperti Kupu-kupu

(Setelah diedit)

Kuhempaskan badan dikursi empuk depan komputer. Aku linglung. Mataku perih tak sanggup menatap kotak dihadapanku keringat dingin mengalir deras. Lima hari lalu aku terkulai tak berdaya di rumah apalagi sebabnya kalau tidak kecapean, maksain diri terus ngongkrong di depan komputer 10 jam full selama 10 hari berturut-turut. Kurangnya jam istirahat dengan masalah pribadi yang mau tak mau menjadi BEBAN.

***

Ini hari pertama dan aku harus bisa bertahan dengan segala kemungkinan. Sedikit memaksakan diri melawan terik matahari yang mendidihkan kepala.

Sambutan pertama di tempat kerja begitu tak menyenangkan. Asap rokok bercampur suara musik rock dan lainnya diputar kencang oleh client. Gaduh.

Bau keringat yang yahh menambah pengapnya warnet sesaat membuatku melayang. 1 jam... 2 jam... 3 jam berlalu dengan nafas ngos-ngosan, aku harus bertahan. Dan jam - jam berikutnya aku mulai merasa pusing, mual. Berlahan kucoba menutup mata mancari sedikit kedamaian. Petir yang menggelegar di luar sana bercampur dengan hujan deras mengagetkanku, astagfirullah berapa lama aku tertidur?

Seperti ada tangan tak terlihat meremas hatiku. Perih. Hujan kembali membuka memori hidupku.
Kenapa?? kenapa harus terbayang masa indah dulu dengan seseorang yang telah menjungkirbalikkan hidupku? kenapa harus sekarang saat kondisi payah kembali menghampiriku? Ada rindu disudut hati yang slalu ku tolak kehadirannya. Hujan aku tau saat kau datang aku tak bisa mencegahnya rasa itu turut hadir menghampiriku bukan sekeder rasa rindu. Semua kisahku berawal saat kau turun membasahi bumi dan harus berakhir saat kau kembali turun, bukan salahmu jika semuanya harus berakhir. Saat ini luka itu kembali terasa perih saat tetes demi tetesmu mengenainya.

Bi aku kangen kamu... kapan kita bisa saling sapa lagi Bi ...
mungkinkah itu terjadi , kenapa slalu aku tetap berharap kembali ?
Bi sekedar mendengar ucap " salam " darimu padaku tak apa...
Bi ... hujan ini kembali memupuk rindu yang slalu kutolak hadirnya...
Bi ...
ahh Bi ...
kau tetap slalu berhasil membuatku menitikkan air mata lagi dan lagi !!

Bi... ah kata itu membuatku tersenyum.

Aku ingat kata itu berhasil tercipta beberapa detik saat aku bener-benar rindu sosoknya. Aku ingat sepenggal percakapan padanya beberapa bulan sebelum kami bubar.
" Bi aku ingin seperti kupu-kupu yg slalu ceria mengepakkan sayap indahnya menjelajahi udara seperti tak memikul beban."
Air mata mengelir tanpa bisa aku bendung bersama dengan guyuran hujan malam ini.